USAHA
DAN ENERGI
Energy Kinetik Rotasi
Energy Kinetik Rotasi
Sebuah
benda yang bergerak rotasi memiliki energy kinetic karena partikel-partikelnya
bergerak terus walaupun secara keseluruhan benda tersebut tetap di tempatnya
(tidak bergerak translasi).
Energy
kinetic sebuah partikel dalam benda adalah : Ek = ½ m v2 = ½ m ω2 r2
Maka
energy kinetic seluruh partikel benda, atau energy kinetic rotasi benda adalah
: Ek = Σ ½ m v2 = ½ (Σm r2) ω2 atau Ek = ½ I ω2
2.1.1. Kombinasi Gerak
Translasi dan Gerak Rotasi
Bila
sebuah benda tegar bergerak melalui sebuah ruang dan pada saat yang bersamaan
melakukan gerak rotasi (menggelinding), maka energy kinetic benda itu adalah
total antara energy kinetic translasinya dengan energy kinetic rotasinya.
Ek = Ek translasi
+ Ek rotasi
Jadi,
Ek = ½ m v2 + ½ I ω2
2.2. Usaha dan Gaya pada
Gerak Rotasi
Usaha
yang dilakukan oleh gay F pada benda adalah :
W
= F s = F r θ
→ W = τ θ
Sedangkan daya :
P= W/t = Frθ/t = Fr θ/t
Jika kecepatan anguler konstan, maka
→ P = τ ω
HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM
Hukum kekekalan momentum diterapkan pada proses tumbukan semua jenis, dimana prinsip impuls mendasari proses tumbukan dua benda, yaitu I1 = -I2.
Jika dua
benda A dan B dengan massa masing-masing MA dan MB serta kecepatannya masing-masing VA dan VB saling
bertumbukan, maka :
MA VA + MB VB = MA VA + MB VB
VA dan VB = kecepatan benda A dan B pada saat tumbukan
VA dan VB = kecepatan benda A den B setelah tumbukan.
Dalam penyelesaian soal, searah
vektor ke kanan dianggap positif, sedangkan ke kiri dianggap negatif.
Dua benda
yang bertumbukan akan memenuhi tiga keadaan/sifat ditinjau dari keelastisannya,
a.
ELASTIS SEMPURNA : e = 1
e = (- VA' - VB')/(VA - VB)
e =
koefisien restitusi.
Disini berlaku hukum kokokalan energi den kokekalan momentum.
Disini berlaku hukum kokokalan energi den kokekalan momentum.
b.
ELASTIS SEBAGIAN: 0 <>Disini hanya berlaku hukum kekekalan
momentum.
Khusus untuk benda yang jatuh ke
tanah den memantul ke atas lagi maka koefisien restitusinya adalah:
e
= h'/h
h = tinggi benda mula-mula
h' = tinggi pantulan benda
h' = tinggi pantulan benda
C.
TIDAK ELASTIS: e = 0
Setelah tumbukan, benda melakukan gerak yang sama dengan satu kecepatan v',
Setelah tumbukan, benda melakukan gerak yang sama dengan satu kecepatan v',
MA VA + MB VB = (MA + MB)
v'
Disini hanya berlaku hukum kekekalan
momentum
PRINSIP KERJA ROKET
Pada awal perkembangan roket, roket digerakan dari hasil pembakaran bahan bakar minyak gas dan oksigen cair, untuk menghasilkan gas panas yang meledak ke bawah dan mendorong roket ke atas. Untuk roket V-2 yang dikembangkan Hitler, menggunakan turbin uap untuk memompa alkohol dan oksigen cair ke dalam ruang bakar yang menghasilkan ledakan beruntun yang mendorong roket ke atas. Prinsip kerja roket merupakan penerapan dari Hukum Newton III tentang gerak, dimana energi panas diubah menjadi energi gerak.
Prinsip kerja dari roket berbahan bakar cair dan padat sama, di mana hasil pembakaran menghasilkan gaya dorong ke atas. Kelebihan dari roket berbahan bakar padat mampu menyimpan bahan bakar dengan dengan jumlah besar untuk ruang penyimpanan yang sama, karena telah dipadatkan, sedangkan bahan bakar cair tidak bisa dimampatkan.
DINAMIKA ROTASI
MOMEN GAYA
Penyebab terjadinya gerak translasi
adalah gaya. Sedangkan pada gerak rotasi, penyebab berputarnya
benda dinamakan momen gaya ( = torsi). Contoh dalam kehidupan
sehari-hari: - Pegangan pintu yang diberikan gaya oleh
tangan kita sehingga engsel di dalamnya dapat berputar -
Kincir yang berputar karena tertiup angin - Dll.
MOMEN GAYA ( t )
adalah gaya kali jarak/lengan.
Arah gaya dan arah jarak harus tegak
lurus.
Untuk benda panjang:
|
Untuk
benda berjari jari:
|
F = gaya penyebab benda berotasi
R = jari-jari
I = lengan gaya terhadap sumbu
I = m . R2 = momen inersia benda
a = percepatan sudut / angular
R = jari-jari
I = lengan gaya terhadap sumbu
I = m . R2 = momen inersia benda
a = percepatan sudut / angular
MOMEN INERSIA
Momen inersia
(satuan SI kg m2) adalah ukuran ketahanan objek terhadap
perubahan laju Besaran ini adalah analog rotasi daripada rotasinya massa.
Dengan kata lain, besaran ini adalah kelembaman sebuah benda tegar yang
berputar terhadap rotasinya. Momen inersia berperan dalam dinamika rotasi
seperti massa dalam dinamika dasar, dan menentukan hubungan antara momentum
sudut dan kecepetan sudut, momen gaya dan percepatan sudut,
dan beberapa besaran lain. Meskipun pembahasan skalar terhadap momen
inersia, pembahasan menggunakan pendekatan tensor memungkinkan analisis
sistem yang lebih rumit seperti gerakan giroskopik.
Lambang I dan kadang-kadang
juga J biasanya digunakan untuk merujuk kepada momen inersia.
Definisi skalar
Definisi sederhana momen inersia (terhadap sumbu rotasi
tertentu) dari sembarang objek, baik massa titik atau struktur tiga dimensi,
diberikan oleh rumus:
di mana m adalah
massa dan r adalah jarak tegak lurus terhadap sumbu rotasi.
Analisis
Momen inersia
(skalar) sebuah massa titik yang berputar pada sumbu yang diketahui
didefinisikan oleh
Momen inersia adalah
aditif. Jadi, untuk sebuah bend tegar yang terdiri atas N massa titik mi dengan jarak ri terhadap sumbu rotasi, momen inersia total
sama dengan jumlah momen inersia semua massa titik:
Untuk benda pejal
yang dideskripsikan oleh fungsi kerapatan massa ρ(r), momen inersia terhadap sumbu tertentu dapat dihitung dengan mengintegralkan
kuadrat jarak terhadap sumbu rotasi, dikalikan dengan kerapatan massa pada
suatu titik di benda tersebut:
di mana
V adalah volume
yang ditempati objek
ρ adalah fungsi
kerapatan spasial objek
r = (r,θ,φ), (x,y,z), atau (r,θ,z) adalah vektor (tegaklurus terhadap
sumbu rotasi) antara sumbu rotasi dan titik di benda tersebut.
Diagram perhitungan
momen inersia sebuah piringan. Di sini k adalah 1/2 dan adalah jari-jari yang digunakan untuk
menentukan momen inersia
Berdasarkan analisis
dimensi saja, momen inersia sebuah objek bukan titik haruslah mengambil
bentuk:
di mana
M adalah massa
R adalah jari-jari
objek dari pusat massa (dalam beberapa kasus, panjang objek yang digunakan)
k adalah konstanta tidak berdimensi yang dinamakan "konstanta
inersia", yang berbeda-beda tergantung pada objek terkait.
Konstanta inersia
digunakan untuk memperhitungkan perbedaan letak massa dari pusat rotasi.
Contoh:
·
k = 1,
cincin tipis atau silinder tipis di sekeliling pusat
·
k = 2/5,
bola pejal di sekitar pusat
·
k = 1/2,
silinder atau piringan pejal di sekitar pusat.
Momen Gaya (Torsi = τ)
Momen gaya adalah ukuran besar kecilnya efek putar
sebuah gaya. Untuk sumbu tetap dan gaya-gaya yang tidak mempunyai komponen yang
sejajar dengan sumbu tersebut.
Momen gaya : τ = r F sin α
dengan α = sudut antara r dan F
1.4.
Momen Gaya dan Percepatan Anguler
Sebuah gaya F yang bekerja pada sebuah partikel m secara
tangensial (menyinggung lintasan) akan memberikan percepatan tangensial aт
yang
memenuhi :
F = m aт
karena aт = r α, maka
F = m r α
F r = m r2 α
→ τ = I α
Persamaan di
atas juga berlaku untuk sembarang benda tegar, asalkan momen gaya dan momen
inersianya dihitung terhadap sumbu yang sama. Persamaan di atas merupakan hokum
dasar untuk gerak rotasi.
Titik Pusat Massa dan Titik (Pusat) Berat
Titik Pusat Massa dan Titik (Pusat) Berat
6.1.
Titik Pusat Massa
Titik pusat massa adalah sebuah titik
dimana seluruh benda dapat dipusatkan padanya. Jika resultan gaya bekerja
melelui titik pusat massa, maka benda akan bergerak translasi murni.
Untuk system benda dua dimensi, letak
titik pusat massa dinyatakan dengan koordinat (xpm , ypm), dengan :
Xpm = dan
ypm =
6.2.
Titik Pusat Berat
Titik pusat berat adalah titik tangkap
gaya berat yang bekerja pada sebuah benda.
Untuk system benda dua dimensi, letak
titik pusat berat dinyatakan dengan koordinat (xpb , ypb), dengan :
Xpb = dan
ypb =
Letak titk pusat massa benda pada umumnya
tidak sama dengan letak titik pusat berat benda.
Untuk benda yang letaknya dekat dengan
permukaan bumi, dimana g dianggap konstan, letak pusat massa dan titik berat
sebuah benda dapat dianggap berhimpit.
Koordinat pusat massa Sistem Partikel
(benda tak kontinu) :
Xpm = =
dan
ypm = =
Absis pusat massa benda homogeny 1
dimensi :
Xpm = l =
panjang
Absis pusat massa benda homogeny 2 dimensi
:
Xpm = A = luas
Absis pusat massa benda homogeny 3
dimensi :
Xpm = V =
volume
Keseimbangan
1.
Keseimbangan Pertikel
Sebuah partikel atau benda titik dikatakan seimbang jika
resultan gaya-gaya yang bekerja padanya sama dengan nol.
Σ F = 0
Partikel atau benda titik yang seimbang, mungkin berada
dalam salah satu dari dua keadaan berikut :
Diam, disebut seimbang statis
Bergerak dengan kecepatan konstan, disebut seimbang
dinamis
2. Momen
Gaya (Torsi)
Momen gaya atau torsi pada sebuah benda menyebabkan benda
tersebut berotasi. Ia didefinisikan sebagai berikut (momen dari gaya F terhadap
poros, sumbu putar, O)
τ = F Lт atau τ = Fт L
catatan.
Momen gaya yang menyebabkan rotasi searah jarum jam
diberi tanda positif.
Momen gaya yang menyebabkan rotasi berlawanan arah jarum
jam diberi tanda negative.
3. Momen
Kopel
Kopel adalah dua buah gaya yang sama besar, berlawanan
arah, tetapi tidak segaris kerja. Kopel yang bekerja pada sebuah benda
menghasilkan rotasi murni.
Momen kopel dapat dinyatakan sebagai berikut :
M = F d
4. Resultan
Gaya Sejajar
Gaya-gaya sejajar mempunyai resultan gaya letak titik
tangkapnya sedemikian rupa sehingga resultan momen gaya terhadap titik tersebut
adalah nol.
Resultan gaya : FR = F1 + F2
5. Keseimbangan
Benda Tegar
Benda yang tidak berubah bentuk ketika dipengaruhi oleh
gaya dinamakan benda tegar. Benda tegar dapat bergerak translasi murni, rotasi
murni, atau kombinasi keduanya. Bneda tegar dikatakan seimbang bila memenuhi
syarat keseimbangan translasi dan keseimbangan rotasi, yaitu :
ΣF = 0 dan Στ = 0
Jenis Keseimbangan
Jenis Keseimbangan
Keadaan keseimbangan suatu benda dapat digolongkan ke
dalam salah satu dari 3 jenis keseimbangan berikut :
Kesimbangan
Stabil
Benda di katakana dalam keseimbangan stabil bila benda
diberi sedikit usikan, dan kemudian usikan dihilangkan, benda kembali ke posisi
keseimbangan semula
FLUIDA
FLUIDA STATIS
Fluida ( zat alir ) adalah zat yang dapat mengalir, misalnya zat cair dan gas. Fluida dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu fluida statis dan dinamis.
Fluida ( zat alir ) adalah zat yang dapat mengalir, misalnya zat cair dan gas. Fluida dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu fluida statis dan dinamis.
TEKANAN
HIDROSTATIS
Tekanan hidrostatis ( Ph) adalah tekanan yang
dilakukan zat cair pada bidang dasar tempatnya.
PARADOKS HIDROSTATIS
Gaya yang bekerja pada dasar sebuah
bejana tidak tergantung pada bentuk bejana dan jumlah zat cair dalam bejana,
tetapi tergantung pada luas dasar bejana ( A
), tinggi ( h ) dan massa jenis zat
cair ( r )
dalam bejana.
dalam bejana.
Ph = r g h
Pt = Po + Ph F = P h A = r g V |
r = massa jenis zat cair
h = tinggi zat cair dari permukaan g = percepatan gravitasi Pt = tekanan total Po = tekanan udara luar |
HUKUM
PASCAL
Tekanan yang dilakukan pada zat cair
akan diteruskan ke semua arah sama.
P1 = P2 ® F1/A1 = F2/A2
HUKUM
ARCHIMEDES
Benda di dalam zat cair akan
mengalami pengurangan berat sebesar berat zat cair yang dipindahkan.
Tiga
keadaan benda di dalam zat cair:
a.
tenggelam: W>Fa Þ rb
> rz
b. melayang: W = Fa Þ rb = rz c. terapung: W=Fa Þ rb.V=rz.V' ; rb<rz |
W = berat benda
Fa = gaya ke atas = rz . V' . g
rb = massa jenis benda
rz = massa jenis fluida
V = volume benda
V' = volume benda yang berada dalam fluida
Fa = gaya ke atas = rz . V' . g
rb = massa jenis benda
rz = massa jenis fluida
V = volume benda
V' = volume benda yang berada dalam fluida
Akibat adanya gaya ke atas ( Fa
), berat benda di dalam zat cair (Wz) akan berkurang menjadi:
Wz
= W - Fa
Wz = berat benda di dalam zat cair
TEGANGAN
PERMUKAAN
Tegangan permukaan ( g)
adalah besar gaya ( F ) yang dialami
pada permukaan zat cair persatuan panjang(l)
g = F / 2l
KAPILARITAS
Kapilaritas ialah gejala naik atau
turunnya zat cair ( y ) dalam tabung kapiler yang dimasukkan sebagian ke dalam
zat cair karena pengarah adhesi dan kohesi.
y
= 2 g
cos q
/ r
g r
y = kenaikan/penurunan zat cair pada pipa (m)
g = tegangan permukaan (N/m)
q = sudut kontak (derajat)
p = massa jenis zat cair (kg / m3)
g = percepatan gravitas (m / det2)
r = jari-jari tabung kapiler (m)
y = kenaikan/penurunan zat cair pada pipa (m)
g = tegangan permukaan (N/m)
q = sudut kontak (derajat)
p = massa jenis zat cair (kg / m3)
g = percepatan gravitas (m / det2)
r = jari-jari tabung kapiler (m)
FLUIDA DINAMIS
Sifat
Fluida Ideal:
- tidak dapat ditekan
(volume tetap karena tekanan) - dapat berpindah tanpa mengalami gesekan
- mempunyai aliran stasioner (garis alirnya tetap bagi setiap partikel)
- kecepatan partikel-partikelnya sama pada penampang yang sama
HUKUM ARCHIMIDES
Apabila benda yang dimasukkan ke dalam fluida, terapung, di mana bagian benda yang tercelup hanya sebagian maka volume fluida yang dipindahkan = volume bagian benda yang tercelup dalam fluida tersebut. Tidak peduli apapun benda dan bagaimana bentuk benda tersebut, semuanya akan mengalami hal yang sama. Ini adalah buah karya eyang butut Archimedes (287-212 SM) yang saat ini diwariskan kepada kita dan lebih dikenal dengan julukan “Prinsip Archimedes”. Prinsip Archimedes menyatakan bahwa :
Ketika sebuah benda tercelup seluruhnya atau sebagian di dalam zat cair, zat cair akan memberikan gaya ke atas (gaya apung) pada benda, di mana besarnya gaya ke atas (gaya apung) sama dengan berat zat cair yang dipindahkan.
PERSAMAAN TEGANGAN PERMUKAAN
Jika kawat U dimasukan ke dalam larutan sabun, maka setelah dikeluarkan akan terbentuk lapisan air sabun pada permukaan kawat tersebut. Mirip seperti ketika dirimu bermain gelembung sabun. Karena kawat lurus bisa digerakkan dan massanya tidak terlalu besar, maka lapisan air sabun akan memberikan gaya tegangan permukaan pada kawat lurus sehingga kawat lurus bergerak ke atas (perhatikan arah panah). Untuk mempertahankan kawat lurus tidak bergerak (kawat berada dalam kesetimbangan), maka diperlukan gaya total yang arahnya ke bawah, di mana besarnya gaya total adalah F = w + T. Dalam kesetimbangan, F = gaya tegangan permukaan yang dikerjakan oleh lapisan air sabun pada kawat lurus.
Misalkan panjang kawat lurus adalah l. Karena lapisan air sabun yang menyentuh kawat lurus memiliki dua permukaan, maka gaya tegangan permukaan yang ditimbulkan oleh lapisan air sabun bekerja. Tegangan permukaan pada lapisan sabun merupakan perbandingan antara Gaya Tegangan Permukaan (F) dengan panjang permukaan di mana gaya bekerja (d). Untuk kasus ini, panjang permukaan adalah 2l.
Karena tegangan permukaan merupakan perbandingan antara Gaya tegangan permukaan dengan Satuan panjang, maka satuan tegangan permukaan adalah Newton per meter (N/m) atau dyne per centimeter (dyn/cm).
1 dyn/cm = 10-3 N/m = 1 mN/m
TERMODINAMIKA
Termodinamika (bahasa Yunani: thermos = 'panas' and dynamic = 'perubahan') adalah fisika energi , panas, kerja, entropi dan kespontanan proses. Termodinamika berhubungan dekat dengan mekanika statistik di mana banyak hubungan termodinamika berasal.
Hukum kekekalan energi adalah salah satu dari hukum-hukum kekekalan yang meliputi energi kinetik dan energi potensial. Hukum ini adalah hukum pertama dalam termodinamika.
Asas Black adalah suatu prinsip dalam termodinamika yang dikemukakan oleh Joseph Black. Asas ini menjabarkan:
* Jika dua buah benda yang berbeda yang suhunya dicampurkan, benda yang panas memberi kalor pada benda yang dingin sehingga suhu akhirnya sama
* Jumlah kalor yang diserap benda dingin sama dengan jumlah kalor yang dilepas benda panas
* Benda yang didinginkan melepas kalor yang sama besar dengan kalor yang diserap bila dipanaskan
Rumus Asas Black =
(M1 X C1) (T1-Ta) = (M2 X C2) (Ta-T2)
Catatan :
M1 = Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi
C1 = Kalor jenis benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi
Ta = Temperatur benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih tinggi
T1 = Temperatur akhir pencampuran kedua benda
M2 = Massa benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah
C2 = Kalor jenis benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah
T2 = Temperatur benda yang mempunyai tingkat temperatur lebih rendah
HUKUM I TERMODINAMIKA
Hukum Kekekalan Energi (Hukum I Termodinamika) berbunyi: "Energi dapat berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tapi tidak bisa diciptakan ataupun dimusnahkan (konversi energi)".
Keterangan :
delta U = Perubahan energi dalam
Q = Kalor
W = Kerja
Hukum pertama termodinamika merupakan pernyataan Hukum Kekekalan Energi dan ketepatannya telah dibuktikan melalui banyak percobaan (seperti percobaan om Jimi Joule). Perlu diketahui bahwa hukum ini dirumuskan pada abad kesembilan belas, setelah kalor dipahami sebagai energi yang berpindah akibat adanya perbedaan suhu.
HUKUM II TERMODINAMIKA
Kalor berpindah dengan sendirinya dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah; kalor tidak akan berpindah dengan sendirinya dari benda bersuhu rendah ke benda bersuhu tinggi (Hukum kedua termodinamika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar